Apakah sistem Pendidikan yang sekarang, patut kita pertahankan?


Pendidikan itu penting, menjadi akar kehidupan dan kebangkitan kita menjadi satu bangsa. Sistem dari paket Pendidikan saat ini, sudah baik menurut si penyusunnya. Tetapi apakah masih relevan untuk masa kini dan masa yang akan datang? Apakah sistem Pendidikan yang sekarang, patut kita pertahankan? Atau ini merupakan investasi dari cara ‘mereka lama (si kapitalis)’ berinvestasi pada manusia?

 

Pendidikan Yang Terbelenggu

Pendidikan itu adalah apa yang tersisa, ketika sesuatu yang telah kita pelajari setiap hari mudah terlupakan. Tujuan utama dari pendidikan sebenarnya bukanlah sekedar pengetahuan atau melengkapi standart kelulusan, tetapi bagaimana cara manusia memproses tindakan.

Pendidikan tidak boleh dibelenggu oleh suatu sistem apalagi kepentingan. Jelas! Sistem pendidikan harus kondisional, dinamik, tumbuh dan saling berpautan. Ia harusnya berkembang agar tidak dikatakan lawas atau usang. Hey., si muka kotak, Sistim pendidikan itu di rancang untuk mengembangkan nalar dan bukan menciptakan robot berdaging.

Ada beberapa hal yang menjadi catatan kami sentuh, terkait sistem pendidikan kita, antara lain:

 

- Norma Industrialisasi

Dari awal semenjak kita bersekolah, kita di suguhkan dengan norma dan aturan dari industrialisasi. Menciptakan embrio pekerja. Di siapkan menjadi pekerja industri. Budak dari para pemodal dan kapitalis. Harus memakai seragam yang sama, berbaris rapi, masuk dan keluar kelas pada jam yang telah di tentukan, tidak boleh ngobrol, dan lain sebagainya.

Aturan yang di pakai pada industri dengan dalih kedisiplinan. Boleh jadi ini sudah tidak lagi relevan di jaman modern karena mematikan rasa ingin tahu, mematikan perkembangan pemikiran yang ada pada masa perkembangan siswa.

 

- Bebas Tapi Jauh dari Kebebasan

Kita terbiasa di belenggu dengan berbagai aspek. Kita tidak dapat memilih guru mana yang akan mengajar kita dan di paksakan mempelajari semua mata pelajaran bahkan untuk pelajaran yang kita tidak sukai. Patok dari keberhasilan tersebut adalah nilai tertinggi dari mata pelajaran tersebut.

Mungkin ini bisa saja benar dalam memperkaya pengetahuan, tetapi ada baiknya memberikan arahan untuk apa hal tersebut dipelajari dan apa pentingnya bagi kita di masa mendatang.

 

- Banyak Teori

Pembelajaran saat ini sudah tidak praktikal. Banyak teori yang dipelajari tanpa kita tahu manfaatnya apa. Pelajar lebih cenderung berusaha menghafal ketimbang memahami dengan maksud mencapai target nilai dan label sebagai murid pintar.


- Standarisasi Pendidikan

Perkembangan dunia berbeda sesuai dengan jamannya. Setiap manusia lahir dengan bakat bawaan dan karakter yang berbeda-beda. Pendekatannya pun harus berbeda. Ada sebagian pelajar lebih cepat memahami dengan gaya belajar visual. Ada juga lebih menyukai gaya belajar auditori dan juga kinestetik.

  • Gaya belajar visual, berfokus pada pengamatan atau melihat sesuatu secara visual. Lebih nyaman belajar dengan perkuatan garis, warna dan bentuk;
  • Gaya belajar auditori, berfokus pada pendengaran sebagai penerima informasi dan pengetahuan. Tidak masalah dengan tampilan, yang penting mereka mendengarkan penjelasan guru; dan
  • Gaya belajar kinestetik berfokus pada gerakan. Dalam mempelajari sesuatu tidak hanya sekedar membaca buku, tetapi juga mempraktikkan dan menyentuh objek yang di pelajari.

 

- Edukasi Satu Lajur

Suka tidak suka, yang kita akui di Indonesia kebanyakan hanyalah ijazah akademis. Selain itu orang bodoh dan tidak patut untuk berpendapat. Pembelajaran yang kita dapatkan di luar mereka anggap ekstra-kuli-kuler belaka. Jalur Pendidikan memang di desain satu pola dengan aturan yang sama.

Fakta lucu yang kami dapati bahwa saat masih kecil, kita berani bermimpi untuk menjadi seorang astronot, masinis atau pemain bola. Dan setelah kita dewasa yang terjadi dan pada kenyataannya, orientasi kita terletak pada berapa besar penghasilan yang kita dapatkan. #ItuSaja.

 

Kebiasaan Yang Berulang

Banyak kebiasaan dalam pola pendidikan yang terlihat salah tetapi di lakukan secara berulang. Sebut saja, Sekolah itu adalah kewajiban bukan kesadaran. Prinsip ini menerapkan nilai-nilai dorongan menjurus pada pemaksaan. Wajib belajar 9 tahun misalnya. Ini baik dengan beberapa catatan dan masukan dari kami hehe..

Adapun Kebiasaan lain yang menjadi masukan dalam paradigma pendidikan, di antaranya:

 

1. Mengerjakan tugas di Rumah.

Kebiasaan membawa PR ke rumah adalah satu habit yang akan terbawa sampai kita dewasa. Kebiasaan ini membuat kita terbiasa membawa persoalan di tempat kerja kedalam rumah. Keseimbangan hidup pun akan terganggu karena pola yang berulang semacam ini.

 

2. Belajar karena Nilai bukan karena Menyenangkan.

Belajar di mana saja dan kapan saja, dan bukan karena nilai yang ingin kita capai. Kita harusnya belajar bukan karena ada tugas. Tapi karena belajar itu menyenangkan dan menambah wawasan serta pengetahuan.

Tekanan ‘nilai’ ini membuat kita ingin melupakan. Yang penting selesai sajalah. Logikanya, kita akan mencoba melupakan sesuatu yang menekan kita. Malahan, kejadian-kejadian seru saat jam istirahat membuat kita teringat selalu.


3. Kesalahan di Bayar Hukuman

Kebanyakan sistem pendidikan menjadikan kesalahan yang di buat siswa, di bayar dengan hukuman. Bagaimana seandainya prestasi di apresiasi dengan hadiah. Itu jauh lebih baik dari pada memberikan hukuman, yang boleh jadi membuat anak merasa hukuman membuat mereka terlihat keren di kelas. Kesalahan bukan untuk di salahkan tapi Di perbaiki.

 

4. Pintar karena Matematika, Bodoh karena Jago Olahraga.

Kita orang tua sering sekali merendahkan kemampuan dalam olahraga yang di senangi anak-anak. Tidak penting pandai bermain bola atau basket dan mendapat nilai matematika tinggi di anggap lebih pintar. Sering juga mengharuskan ‘kekayaan materi’ menjadi patokan keberhasilan di masa depan.

Catatan juga buat para pengajar yang sering sekali kita dengar, bahwa anak pintar itu lebih di sayang guru dari pada anak yang bodoh dan nakal.

 

Mencari Masalah di Kedalaman

Permasalahan tidak hanya mengacu pada sistem yang di bangun. Tetapi juga di pengaruhi oleh sektor-sektor terkait seperti kualitas pendidik, fasilitas dan efektifitas. Rendahnya kualitas SDM tentu akan menghambat perkembangan suatu negara.

Negara maju akan terus membuat negara berkembang semakin mundur. Itu sebabnya pendidikan kacamata kuda menjadi sistim penjajahan sejak dini. Menciptakan SDM yang tidak kritis, lemah, bodoh serta menjadi penurut dan pengikut.

 

#Pemanfaatan Dana Pendidikan

Ketika bersentuhan dengan dana Pendidikan, kita tidak hanya berurusan dengan bangunan dan pengadaan barang kebutuhan pendidikan. Tetapi bagaimana dana Pendidikan tersebut efektif efisien dalam meningkatkan kualitas SDM.

Dari data Kementerian Keuangan yang kami catat, anggaran pendidikan di tahun 2023 sebesar Rp.608,3 triliun yaitu 20% dari komitmen pemerintah. Ini anggaran yang besar untuk meningkatkan kualitas SDM baik pendidik maupun perserta didik.


Yang harus di dahulukan adalah seberapa jauh kita meningkatkan kualitas pengajar. Karena Pengajar adalah basis dan pembawa pesan bagi 'mereka' para pendengarnya. Itu tak lain adalah siswa dan siswi.

Coba kita cermati, seberapa banyak tenaga pengajar yang mampu berbahasa asing selain bahasa inggris. Seberapa banyak guru yang di sekolahkan ke Universitas Oxford (Inggris) dan Universitas Havard (Amerika). Kapan terakhir kita melihat kegiatan belajar di lakukan di taman?

Seberapa besar dukungan pemerintah terhadap penelitian, pengembangan dan project-project yang di buat mahasiswa Indonesia, yang boleh jadi sederhana tetapi bermanfaat bagi masyarakat?. Maksud dari semua ini adalah Litbang di Dunia Pendidikan.

 

#Bahan, Sarana dan Biaya Pendidikan

Kurangnya bahan belajar mengajar patutlah menjadi perhatian. Komersialisasi terhadap Lembar Latihan Soal menjadi catatan penting. Tak lupa juga, memperhatikan sarana dan prasarana pendidikan. Ruang kelas, sarana olahraga, sarana ibadah dan fasilitas lainnya wajib untuk diselenggarakan.

Jumlah guru yang terampil dan berkualitas juga masih minim. Guru terampil biasanya tersebar hanya pada wilayah Kota dan Kabupaten saja. Hindari pengadaan tenaga pengajar seadanya dan ASN yang tidak berguna. Tumbuhnya suatu Negara karena didikan yang baik oleh guru. Dinas Pendidikan harus di revitalisasi fungsi dan program kerjanya.

Masalah pembiayaan lebih memprihatinkan. Banyak kasus siswa tidak dapat mengikuti ujian lantaran belum melunasi biaya Pendidikan. Paket-paket bantuan pun menyedihkan. Syarat administrasi yang di buat menyulitkan dan terkadang tidak cukup membantu, serta hanya sebatas kartu dan kartu.

 

Paket Pendidikan Yang Menghidupkan

Hasil sistim pendidikan adalah tolerasi dan ketika kejeniusan tanpa Pendidikan, di ibaratkan seperti perak dan emas dalam kandang tambang. Pendidikan itu senjata yang paling menghidupkan dan mematikan di dunia. Jika kita mendidik seorang pria maka akan menghasilkan laki-laki dewasa yang berpendidikan. Tapi jika kita mendidik seorang wanita, sebuah generasi akan terdidik hingga beberapa keturunan.

Sungguh di lema jika paket bantuan pendidikan di jadikan seperti paket sembako. Jangan jadikan bangsa ini layaknya pengemis. Kebijakan yang efektif kami tunggu dan di harapkan sebagai salah satu karya dan kerja pengelola negara dalam membangun bangsa.


--- Save The People ---


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Decoy Product! Membongkar Rahasia Produk Mahal Yang Sengaja Dijual Agar Tidak Laku

Kenaikan Biaya Kuliah di Indonesia: Antara Kebutuhan dan Kemampuan

Air Mineral Kemasan Sungguh Menguntungkan. Siapa?